Kucingnya mati pagi ini. Belum beranjak dewasa, masih terlalu Dini sebenarnya untuk pergi. Hem nyawa yang rapuh dan tangan kami yang dinggin tak memberikan jaminan padanya. Kematian datang tampa permisi dan tampa peduli mengambil sesuka hati. Tak menyisakan sedikit jejeknya untuk dikecap dan di pahami. Ya selalu begini akhirnya, yang meninggalkan selalu memandang ke depan sedangkan yang di tinggalkan larut luruh dalam luka.
Semuanya terasa ganjil tapi adil. Aku tau ini , meski airmata menetes tapi senyum selalu membekas. Jangan tunjukan tampang memelas karna aku tak kan berhenti dalam kehendakmu. Biarkan kematian selalu menjadi selimut hangar bermandikan peluh. Maka tutuplah dengan nyaman mata itu dan jangan terbuka lagi. Karna hidup ini bukan pilihan.