Cengkih merupakan pengawet alami yang dihasilkan dari bunga tanaman cengkih. Selain sebagai pengawet, cengkih juga berfungsi sebagai penambah aroma. Bagi masyarakat Indonesia, cengkeh merupakan salah satu bumbu rempah yang biasa digunakan di dapur. Namun, sebenarnya masih banyak manfaat dibalik tampilan sederhana cengkeh. Apa saja yang mampu dilakukan cengkeh yang kemudian disebut sebagai rempah super oleh para peneliti?
Cengkeh kini diyakini sebagai rempah-rempah super karena dianggap memiliki kandungan antioksidan alami yang tinggi. Demikian diungkap peneliti asal Spanyol. Kandungan senyawa phenolic merupakan kunci dari tingginya antioksidan pada cengkeh.
Antioksidan sangat penting untuk menjaga makanan tetap segar dan penemuan itu dapat berimplikasi luas terhadap industri makanan sekaligus bermanfaat bagi kesehatan. Penelitian itu disebut sebagai salah satu alasan positif untuk mendorong semakin banyaknya produk alami seperti cengkeh yang dapat digunakan untuk mengganti antioksidan sintetis yang banyak digunakan pabrikan untuk pengawet makanan.
Profesor Fernandez Lopez mengatakan, hasil penelitian itu menunjukkan kandungan oksidan alami dalam rempah-rempah yang biasa digunakan dalam diet Mediterania, merupakan salah satu pilihan utuk industri makanan selama karakteristik dari makanan tak terpengaruh. “Cengkeh terbukti mengandung antioksidan tinggi dan dapat bermanfaat bagi kesehatan,” ujar Lopez. Para peneliti juga sekaligus meneliti efek antioksidan dalam beberapa minyak serta rempah lain yang biasa digunakan dalam pola makan Mediternaia seperti oregano, daun thyme, rosemary dan sage.
Para peneliti berusaha menemukan rempah terbaik yang dapat digunakan untuk produk makanan terutama daging, sebagai antioksidan alami. Lopez menemukan, antioksidan bisa mengawetkan makanan agar tetap segar karena menunda prosis oksidasi. “Proses oksidasi merupakan salah satu alasan dari pembusukan makanan dan menyebabkan menurunkan kandungan nutrisi sekaligus rasa,” ujarnya.
Alternatif tersebut, lanjut Lopez, diharapkan dapat mengurangi penggunaan antioksidan sintetis pada industri makanan serta memperpanjang usia konsumsi produk makanan. Dia menambahkan, adanya rencana untuk menanam produk cengkeh sebagai antioksidan alami yang dapat digunakan untuk mengganti antioksidan sintentis.
Orang awampun saat ini sudah tahu apa itu "antioksidan". Antioksidan yang terkandung di dalam berbagai makanan membantu kita untuk mencegah berbagai penyakit bagi orang yang sadar akan kesehatan. Banyak bahan alami seperti buah-buahan, sayu mayur, minuman mengandung antioksidan, dan banyak orang cenderung makin banyak mengkonsumsinya untuk menjauhkan diri dari penyakit. Para peneliti Spanyol melalui penelitiannya, telah menemukan bahwa terdapat kandungan antioksidan yang tinggi di dalan cengkeh, yang selama ini hanya dikenal sebagai bagian dari bumbu masak. Penemuan para peneliti Spanyol ini akan membuat perbedaan besar akan kegunaan cengkeh selama ini menjadi bahan untuk kehidupan.
Secara konvesional, cengkeh hanya dipergunakan sebagai bahan pengawet makanan. Tetapi sekerang, seperti yang dipercayai para peneliti tersebut, cngkeh memiliki kegunaan yang lebih luas. Menurut Profesor Juana Fernandez-Lopez dari Universitas Miguel Hernandez Spanyol, cengkeh memiliki kemampuan dalam penyerapan Hidrogen, mengurangi peroksidasi lemak, dan mengurangi zat besi. Dengan demikian, hal ini memungkinan, cengkeh dapat menjadi pilihan bagi pabrik makanan yang saat ini menggunakan antioksidan sintetis. Kandungan fenolic kompleks yang tinggi di dalam cengkeh adalah zat yang bertanggungjawab menjadi bahan antioksidan tersebut, kata sang Profesor.
Ternyata ada lagi catatan tentang cengkih yang lebih tua. Di Siria, Timur Tengah, sebuah penggalian arkeologis menemukan guci berisi bunga cengkih kering. Dalam guci tersebut ada iskripsi angka 1721 SM, yang menunjukkan tahun diperolehnya bunga cengkih tersebut. Berarti, bunga cengkih dari Maluku ini, secara estafet, sudah melanglangbuana lebih awal, dan lebih jauh lagi. Penemuan arkeologis ini, kemudian juga dikuatkan oleh hasil penelitian mikroskopis, bahwa bunga cengkih merupakan salah satu unsur rempah-rempah, yang digunakan untuk mengawetkan mumi para firaun di Mesir Kuno, pada periode sekitar 2000 tahun SM. Jadi, cengkih sudah merupakan komoditas sangat penting sejak tahun 2000 SM.
Komoditas bunga cengkih tetap menduduki peringkat harga tertinggi dibanding komoditas rempah lain, sampai dengan diketemukannya freezer (mesin pendingin), pada tahun 1748, oleh William Cullen (1710 –1790). Cullen seorang ahli fisika, kimia, dan pertanian dari Skotlandia, Inggris. Sebelum ada freezer, tiap musim gugur masyarakat Eropa harus memotong sapi dan domba jantan mereka, agar tidak menghabiskan cadangan jerami dan rumput kering selama musin dingin. Setelah dipotong dan dikuliti, karkas itu harus disimpan di ruang tertutup, agar tidak dimakan binatang buas. Supaya tetap segar sampai musim semi nanti, daging itu harus dilumuri serbuk bunga cengkih. Ketika itu nilai cengkih sedemikian tingginya, hingga 1 kg, setara dengan 7 gram emas.
Sebagai komoditas penting, manfaat ada dua. Pertama untuk bumbu (makanan dan minuman), kedua untuk industri farmasi. Pada zaman Mesir Kuno, cengkih digunakan sebagai pengawet mumi para firaun, bersama dengan kayu manis (Cinnamomum zeylanicum, dan Cinnamomum burmannii), karena dua jenis rempah ini memiliki kemampuan anti bakteri dan fungi paling tinggi dibanding bahan rempah lainnya. Zat utama yang terkandung dalam cengkih, dan berkhasiat sebagai anti bakteri serta fungi adalah acetyl eugenol. Selain itu cengkih masih mengandung beta-caryophyllene, vanillin, crategolic acid, tannins, gallotannic acid, methyl salicylate (painkiller), eugenin, kaempferol, rhamnetin, eugenitin, triterpenoids dan beberapa zat sesquiterpenes.
Sampai dengan tahun 1770, cengkih menjadi komoditas yang istimewa, bukan hanya karena khasiatnya, melainkan juga karena ketersediaannya. Habitat asli cengkih hanyalah kepulauan Maluku Utara, yakni Bacan, Makian, Moti, Ternate, dan Tidore). Anehnya, cengkih tidak tumbuh di pulau-pulau besar di Maluku Utara seperti Kepulauan Sula, Pulau Obi, Halmahera, dan Morotai. Hingga habitat asli tanaman cengkih memang sangat sempit. Bangsa Portugis, dan kemudian Belanda, yang menguasai Maluku, menjaga sangat ketat, agar buah (biji) cengkih tidak sampai lolos keluar. Akan tetapi tahun 1770, seorang ilmuwan Perancis berhasil menyelundupkan beberapa biji cengkih ke Mauritius.
Sejak itulah cengkih berkembang pesat di Madagaskar, Zanzibar, Brasil, Guyana, dan Kepulauan Karibia. Di Zanzibar, cengkih bermutasi menjadi lebih subur, dan lebih produktif, hingga menjadi varietas baru, yakni varietas Zanzibar, yang jauh lebih unggul dari cengkih di habitat aslinya, di Maluku Utara. Harga cengkih langsung anjlok drastis. Pas bersamaan dengan menyebarnya cengkih ke kawasan tropis di seluruh dunia, freezer juga diproduksi massal, hingga masyarakat Eropa, China, Jepang, dan kemudian juga Amerika, tidak perlu lagi memborong cengkih untuk melumuri daging sapi dan domba pada musim dingin. Belakangan di Indonesia, diketemukan inovasi membubuhkan cengkih pada rokok, yang disebut keretek. (F. Rahardi)